Feeds RSS

Sabtu, 03 Desember 2011


Hujan pagi ini mengwali minggu ini membawaku kedalam lamunanku. Hujan itu mengingatkan aku pada sosok wanita yang sangat teguh, sabar, dan tentunya penyayang. Wanita itu adalah Ibuku. Setiap hari ibu harus berjualan di pasar. Beribu-ribu pertanyaan dalam pikiranku, dan persaan cemas dalam hatiku. Berkali-kali nama “Ibu” terucap oleh bibirku. “Ibu bagaimana keadaanmu, apakah engkau sekarang kedinginan?”, tanya aku dalam hati sambil air mata mengalir melalui pipi. Ingin sekali aku menggantikan beliau. Tapi itu tidak mungkin. Aku hanya bisa mempersembahkan kebanggaan dengan cara meraih banyak prestasi. Matahari sudah lama pergi meninggalkan peraduan. Dan digantikan oleh dewi malam . ketika itu bulan purnama, sehingga bulan bersinar sangat terang, ditambah bintang-bintang yang menghiasi langit. Ibu beristirahat didepan tv melepaskan kepenatannya setelah sehari bekerja. “Tadi bagaimana jualannya?” tanyaku dengan nada datar sambil memijat kaki ibu. “Alhamdulillah, setidaknya kita punya uang untuk makan besok”, jawab Ibu dengan nada lelah. Setelah memijat kaki ibu, aku duduk diteras rumah. Kupandang langit  yang indah. “Ya Allah tolong kuatkan ibuku menjalani hidup ini”, pintaku dalam hati. Tak terasa waktu sudah malam. Aku memutuskan untuk pergi ke kamar tidur. * * *  Suara adzan subuh membangunkan aku.  “Eh-haaa”. Aku menguap. Cepat-cepat aku mengambil air wudlu. Setelah itu aku, adikku mengerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan sarapan. Ya begitulah pekerjaanku setiap hari, karena ibuku berangkat ke pasar dini hari supaya para pelanggannya dapat belanja pagi-pagi. Dan pulang pukul 10.00 wib.  Setelah menyiapkan sarapan selanjutnya aku mencuci piring, kemudian aku berangkat sekolah. Aku sekolah dengan naik sepeda yaa..lumayan jarak antara rumah dan sekolahku cukup jauh. Ya hitung-hitung menghemat uang saku karena kebutuhanku banyak untuk sekolah. * * * “tet...tet...tet”. bell masuk berbunyi tepat pukul 07.00 wib.  “Segera aku lari menuju kelas X-g, tempat dimana aku belajar.  “Sinar kamu tuh telat terus, untung Pak jenggot belum datang”, tegur teman sebangku, Sisil sambil menepuk bahuku.  “Ya maap deh, harus gimana lagi ?”, jawabku dengan nafas tersenga-senga. Pak Sam guru bahasa inggris yang biasa dipanggil dengan sebutan Pak Jenggot karena wajahnya yang menyeramkan, masuk ke ruangan kelas. Pelajaran dimulai dengan tenang. * * *  “tet....tet....tet..”, bel pulang berbunyi. Aku keluar kelas. “Kak Sinar”, panggil salah seorang adik kelasku, dia disuruh Pal Haris agar aku menghadap belliau di kantor. Aku segera menuju ke kantor tak lupa ku ucapkan terimakasih pada adik kelasku.  “Assalamualaikum”, sambil menghampiri Pak Haris yang berada ditempat santai di bawah pohon mangga yang terletak di depan kantor.  “Wa alaikum salam”, jawab pak Haris “Minggu depan kamu mewakili sekolah mengikuti lomba siswa teladan tepatnya hari Sabtu tanggal 3 Januari 2010”, memberi informasi kepadaku.  “Baik Pak, saya akan berusaha dengan sebaik mungkin agar dapat membawa nama baik sekolah”, jawabku dengan semangat. * * *  Sesampainya di rumah aku memberitahu ibu tentang perlombaan itu dan tak lupa aku meminta do’a restu pada ibu. * * *  Setiap hari aku belajar untuk mempersiapkan itu, kadang-kadang aku sampai ketiduran, tanpa sepengetahuanku ibu masuk ke kamarku dan kemudian menyelimutiku sebelum beliau berangkat ke pasar. * * *  Akhirnya hari itu tiba, perlombaan dimuali pukul 09.00 wib dan berakhir 11.30 wib. Dengan tenang aku mengerjakan soal demi soal. Akhirnya aku menyelesaikan semua soal tepat pada waktunya.  Satu jam kemudian hasil perlombaan diumumkan, “dag... dig... dug... dag... dig... dug...”, jantungku berdetak kencang, juara III, II, sudah diumumkan.  “Dan juara pertama adalah....…Sinar dari SMAN I Periang”, kata seorang panitia mengmumumkan.  Mendengar itu aku langsung sujud syukur. Betapa terkejutnya aku mendengar itu. * * *  Ketika sampai di rumah aku langsung memeluk ibu aku dan memberikan piala kemenangan itu. Ibuku terkejut terus menangis dan sujud syukur atas kemenanganku.  Mungkin itu yang bisa kupersembahkan unt
»»  READMORE...
Sejumlah ilmuwan telah menemukan bagaimana cara kodok memperkirakan gempa bumi.
Pada 2009, sejumlah kodok di L'Aquila, Italia menghilang dari kolam-kolam setempat, tiga hari sebelum gempa besar.
Para peneliti -dalam laporan yang diterbitkan di Jurnal Internasional untuk Penelitian Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat- mengatakan batu-batu di kerak Bumi mengeluarkan partikel bermuatan, sebelum gempa dan hal ini mempengaruhi air.
Para ilmuwan memperkirakan kodok dapat mendeteksi perubahan ini sebelum lempeng tektonik bergeser.
Tim yang dipimpin oleh Friedemann Freund dari NASA dan Rachel Grant dari Universitas Terbuka Inggris berharap hipotesis mereka ini dapat membantu pakar biologi dan geologi untuk bekerja sama mencari tahu bagaimana binatang mengetahui tanda-tanda gempa.
Kodok di L'Aquila bukan satu-satunya binatang yang berperilaku aneh sebelum gempa.
Sejumlah laporan menyebutkan reptil, amfibi, dan ikan juga berperilaku aneh sebelum gempa terjadi.
Pada 1975, di Haicheng, China, banyak orang yang melihat ular keluar dari sarangnya, satu bulan sebelum kota itu diguncang gempa.
Pergerakan ular ini aneh karena biasanya binatang ini tidur lama di tengah musim dingin, dan keluar pada saat suhu membeku merupakan tindakan bunuh diri untuk binatang berdarah dingin ini.
Nona Grant, pakar biologi dari Universitas Terbuka, mengamati koloni kodok di L'Aquila sebagai bagian dari penelitiannya.
"Sangat dramatis," katanya. " 96 kodok menghilang dalam waktu tiga hari."
"Setelah itu saya dihubungi oleh NASA," imbuhnya.
Para ilmuwan dari badan ruang angkasa Amerika Serikat tengah mempelajari perubahan kimia yang terjadi saat bebatuan di perut bumi mengalami tekakan besar.
Mereka juga tengah meneliti apakah perubahan itu terkait dengan eksodus masal kodok.
Pakar geofisika Friedemann Freund mengatakan bebatuan di kerak bumi yang mengalami tekanan besar, mengeluarkan partikel.
Partikel-partikel yang terlepas di udara saat mencapai permukaan Bumi menjadi molekul udara yang disebut ion.
Perubahan kimia ini dapat mempengaruhi bahan organik yang larut di air dan menjadikan bahan ini beracun untuk binatang yang tinggal di air.
Mekanisme ini rumit dan para ilmuwan mengatakan proses ini perlu diuji lagi secara cermat.
Namun Dr Grant mengatakan mekanisme ini adalah yang pertama sebagai "petunjuk gempa" yang dapat dirasakan oleh binatang.
Dr Freund mengatakan sikap binatang ini dapat menjadi salah satu dari sejumlah hal yang dapat digunakan sebagai petunjuk gempa.
"Begitu kita mengerti semua sinyal ini dan melihat ada empat atau lima petunjuk yang mengarah pada hal yang sama, maka kita bisa memperkirakan sesuatu akan terjadi," ujar Dr Freund kepada BBC Nature. (Erabaru/BBC.Co.Uk/sua)

»»  READMORE...

Bagai setangkai bunga…
Yang slalu mngindahkan hariku
Bagaikan pelangi…
Yang slalu warnai hariku
Dengan canda dan tawanya
Yang meramaikan hariku
Slalu tak kan bisa kulupakan
Bayangnya dalam benakku
Yang  tak buatku menyerah
Yang  slalu mengahangatkanku
Itulah sahabatku yang slalu di hati



»»  READMORE...

Dia….
Bagaikan bunga yang tertutup embun
Dan tak pernah memancarkan keindahan
Karena dia adalah gadis lemah
Yang tak pernah punya peri penolong
Tuk menyinari hari-hari
Dia hanya bisa menanti
Datangnya peri penolong
Yang bisa menghibur hari
Dengan warna yang indah
»»  READMORE...


Add caption









Melati putih yang bersinar
Menandakan datangnya malaikat kecil
Malaikat kecil tak bersayap
Dambaan setiap bunda
Dari bulan satu hingga sembilan
Guna menantikan kedatangannya nya
Dan semua penantian itu tlah datang
Sesosok malaikat kecil nan suci tak bersayap.......
»»  READMORE...

Mentari pagi belum beranjak
Dengan cangkul dan bekalnya
Abaikan rasa yang  lelah
Demi mendapatkan sesuap nasi
Tuk tetap bertahan hidup
Walupun badai menghadang
Dia kan slalu semangat
»»  READMORE...

Jumat, 02 Desember 2011

Sebuah kisah
Dimana langit masih menampakan birunya
Setelah tak lama air menitik dari bentangan payung bumi
Beriringan denagn panasnya sang raja siang
Hingga menampakan fenomena alam terindah
Setengah lingkaran dengan beragam warna
Merah, jingga, kuning, hijau,biru, nila dan unggu....
Ya itulah pelangi yang mewarnai awal kisah ini
TTT
Rafa               : Eh lihatlah pelangi yang bersinar itu. Sungguh indah ya?? (menunjuk pelangi yang bersinar dengan jelas)
Bintang         : Ya.. bener ,(mengangguk  sambil memandang pelangi )
Rafa             : Coba lihatlah lagi? (masih memendangi pelangi yang bersinar)
Bintang         : Ya memang ada apa dengannya?(dengan wajah heran)
Rafa             : Sejak tadi dia memandangi kita
Bintang        : Hmm,, mungkin dia iri dengan kita, sahabat yang saling menjaga dan  melengkapi. Sedangkan ia hanya sendiri. Lihatlah, sebentar lagi warnanya pasti memudar.
Rafa             : Tapi warna dan keindahannya telah membuat sebagian orang terlena.
Bintang      : Tuhan sudah menciptakan makhluknya dengan segala jenis keindahan dan kekurangan. Begitupun pelangi, dia terlihat begitu istimewa. Namun kekurangannya pun pasti ada.
Rafa               : Memangnya apa saja kekurangan itu?
Bintang        : ehm.. apa ya? Entahlah... mungkin hanya tuhan dan pelangi saja yang tau (menunjuk-nunjuk kepala)
Rafa               : Huh... Dasar kau ini
Tiba-tiba seorang menghampiri menghampiri mereka. Jika dilihat dari wajah dan fisiknya, ia nampak seperti gadis remaja seusia Rafa dan Bintang. Ia menghampiri mereka yang sejak tadi asik berbicara tentang pelangi.
Tasya                         : Hey... sepertinya kalian begitu asik mengobrol. Apa aku boleh ikutan?
Bintang         : tentu saja.
Rafa             : hmm... aku ga pernah lihat kamu sebelumnya. Kamu warga baru ya disini?
Tasya         : Yapp, betul sekali. Kamu dukun ya kok tahu? Perkenalkan namaku Natasya  Anjani. Kalian cukup memenggilku dengan sebutan tasya.
Rafa             : Wow,,, namamu bagus sekali. Tapi namaku lebih bagus lho! Aku rafa dan ini temanku, Bintang.
Bintang         : Kamu lebay deh Rafa.Eh Tasya ayo Duduk sini! (menunjuk tempat disebelahnya)
Tasya            : Oh iya,, terima kasih. Kamu baik deh.
Bintang         : Sama-sama. Oh ya,, ngomong-ngomong kamu pindahan dari mana?
Tasya            : dari daerah yang cukup jauh dari sini yaitu dari Raja Ampat, Papua.tapi aku asli orang Manado
Rafa              : Wow,, itu sih tidah hanya jauh tapi juauh. Hahaha
Tasya         : ya begitulah adanya. Ayahku seorang tentara pelindung bangsa Merah Putih ini. Jadi ya gak heran, kalau keluargaku sering nomaden alias berpindah-pindah.
Bintang         : Hahaha... bisa aja kamu!!
Namun, belum lama suasana perkenalan itu berlangsung langit berubah menjadi gelap dan angin pun berhembus lebih kencang. Kemudian terdengar sebuah teriakan.
Ibu               : Bintang, ayo pulang nak!! Hujan akan turun lagi.(memanggil dari kejauhan)
Bintang         : iya buu!!! Eh pulang yuk .. Sepertinya hujan akan turun.
Kemudian Bintang, Rafa dan Tasya berlari menghindari guyuran hujan, dan pelangi pun menghilang seiring turunnya air hujan siang itu.
Sejak peristiwa itu, mereka menjadi sahabat yang selalu ada disaat suka maupun duka. Meskipun masing-masing diantara mereka memiliki karakter yang berbeda, tapi perbedaan itu bukanlah penghalang , justru itu yang menjadikan kekuatan pondasi persahabatan mereka.
TTT
Ketika mentari mulai menyapa dengan senyuman hangat. Rutinitas remaja-remaja usia 16 tahun pun dimulai. seperti biasanya, mereka berkumpul di rumah Bintang untuk berangkat sekolah bersama kedua remaja yang berseragam rapi putih abu-abu itu,Rafa dan Tasya,mengobrol dan bercanda sembari menanti sahabatnya yang sejak tadi tak kunjung keluar dari dalam rumah.
Rafa               : Bintang, kok lama banget ya?(berbisik kepada tasya)
Tasya              : biasalah, cewek kan gitu, selalu ingin tampil perfect.
Rafa               : ah... cewek itu membinggungkan.
Tasya              : enak aja. Eh ,, tugas matematikamu udah selesai belum?
Rafa               : sudah dong, aku gitu!! Aku kan smart boy! (memenggang kera baju)
Tasya              : wah.. penyakit rafa kambuh nich (sambil keluar dari rumah)
Bintang           : halah.. setiap ulangan matematika kau selalu mencontekku. Betul gak?
Rafa               : enggak, aku loh gak nyontek, cuman mastiin jawabanku aja(tertawa kecil)
Tasya              : Huu.. Dasar Rafa. (mengacungkan jempol terbalik kepada Rafa)
            Tiba-tiba ibu keluar dari rumah
Ibu                 : Eh.. Eh.. Eh... rupanya belum berangkat! Ada apa kok ribut-ribut?
Bintang           : Ini lho bu, Rafa ngeyel gak mau dibilanggi nyontek.
Rafa               : Yeee,,, gitu aja ngadu.
Ibu             : menyontek itu tidak baik. Itu adalah perbuatan curang, dengan menyontek kalian sama saja dengan merendahkan kepercayaan diri.
Tasya&Bintang: dengerin tuh...
Rafa              : Iya- iya. (Jawab dengan nada sinis)
Ibu                : Sudah-sudah, bergegaslah kalian berangkat, matahari mulai meninggi.
Semua           : Iya bu.. kami berangkat. Assalamu’alaikum..
Ibu                : Wa’alaikumsalam. Hati-hati ya (sambil memandangi keberangkatan ketiga sahabat itu)
Rafa, Bintang, dan Tasya pun melangkahkan kaki menuju gedung mereka menimba ilmu yaitu sekolah SMAN 1 Puri.
TTT
Di kelas..
Guru             : Selamat pagi, Assalamu’alaikum.
Murid-murid : Wa’alaikumsalam Bu
Guru       : Ayo dibuka bukunya. Kemaren sampai mana? Sebelum memulai pelajaran, ibu ingin menyampaikan informasi, sebentar lagi sekolah kita akan mengadakan program pertukaran pelajar ke Jepang selama 1 tahun. Diantara kalian sipa yang ingin mengikuti program ini? Walaupun proses yang ditempuh tak semudah mengedipkan mata. Tapi ibu yakin, kalian mampu melakukannya, kesempatan ini tidak datang 2 kali dan sekarang ibu beri kesempatan untuk kalian berfikir.
Rafa               : gimana? Ikut gak? (berbisik kerada Bintang dan tasya)
Tasya              : tapi kalau salah satu dari kita bertiga tidak lolos gimana?
Bintang           : udahlah,, ikut aja , soal lolos atau tidak, tergantung usaha kita. Ini adalah kesempatan!
Rafa               : Aku setuju denganmu. (menunjuk Bintang)
Tasya              : aku juga deh. (sambungnya dengan wajah semangat)
Rafa, tasya & Bintang : bu.. kami ikut (sambil mengangkat tangan)
Guru           : Baiklah... ibu akan mendata kalian. Tes pertama berupa tes tulis yang akan dilaksanankan minggu depan. Mengerti?
Semua            : mengerti bu...
Guru              : ada pertanyaan?
Semua           : tidak bu...
Guru              : baguslah . Kalau ada info selanjutnya akan ibu beritahu.
Semua            : Iya bu...
Guru          : Oke. Sekarang pelajari hal 19. Lalu kerjakan soal hal 26. Ibu ada urusan dengan kepala sekolah. Jadi ibuharap kalian tidak ramai.
Rafa               : Yaah.... padahal kan kita pengen pelajaran.
Bintang          : Dasar muka palsu.
Tasya             : Ibu hati-hati ya kalau jalan.
Guru              : Iya..iya. Assalamu’alaikum.
Semua           : Wa’alaikumsalam.
            Setelah guru meninggalkan kelas, semua murid pun membentuk segerombolan kecil grup. Begitu pula dengan Rafa, Bintang, dan tasya. 
Tasya         : Soal pertukaran pelajar tadi, apa kita yakin kalau kita bener-bener mampu? (wajah agak pesimis)
Bintang         : kalau kita berusaha dengan keras dan optimis. Kita pasti bisa.
Rafa              : aku idem sama Bintang.
Tasya             : tapi bagaimana kalau salah satu dari kita tidak lolos?
Bintang         : Janganlah berfikir negatif. Aku yakin kita bisa.
Rafa              : Lebih baik kita buat kesepakatan. Satu tidak lolos, maka yang lain pun tidak. Gimana?
Tasya            : Aku setuju
Bintang         : Tidak! Ini adalah kesempatan kita untuk maju! Kalau kalian membuat kesepakatan seperti itu, sungguh kalian sangat egois!
Tasya            : Tapi persahabatan lebih penting!!
Bintang         : Sahabat bukanlah penghalang meraih mimpi!
Rafa               : Kalau begitu, kau yang egois!( menunjuk ke arah Bintang )
Tiba-tiba seorang murid lain mendekati mereka bertiga yang bersuasana tegang.
Murid         : Sudahlah... kapan kalian menyelesaikan perdebatan ini? Sampai nanti kah ? Saat penyesalan datang.
Bintang         : Tak perlu kau mencampuri urusan kami.
Murid       : Heyy... aku ini temanmu, kita masih berada satu atap kelas. Aku pun masih peduli dengan persahabatan kalian.
Tasya             : Dia benar!!
Murid         : Pikirkanlah sekali lagi tentang apa yang kalian lakukan. Persahabatan memanglah segalanya. Tapi, mimpi juga utama. Siapkanlah pilihanmu. Sahabat atau mimpi? Kawan atau cita-cita? Kasih sayang atau harapan? Pikirkanlah sekali lagi.
Rafa             : Benar sekali. Lebih baik kita gapai mimpi kita bersama-sama sobat!
Bintang         : Itulah yang aku harapkan.
TTT
Menit demi menit berlalu, jam demi jam pun ikut terlewati. Hari-hari penuh ketegangan telah berlangsung. Suatu proses yang menyulitkan bagi tiga hal yang telah terikat dalam seutas tali persahabatan. Yeah, proses untuk menjadi yang terbaik.
            Satu demi satu pejuang impian tersisih oleh ganasnya ujian. Bukan karena kurang usaha, namun justru penuh perjuangan. Itulah kompetisi. Kalah dan menang tidaklah mengherankan. Hingga akhirnya tibalah saat yang dinanti. Siapa yang menuju ke negeri Sakura? Inilah waktunya.
Pagi itu begitu cerah. ( teng- teng) bel sekolah berbunyi dengan nyaring. Ibu guru Ani berjalan menuju ruang kelas XI IA 3, dimana Bintang, Rafa dan Tasya belajar.
Guru              : Assalamualaikum,,
Murid-murid : Wa’alaikumsalam Bu
Guru              : Anak-anak. Sebelum memulai pelajaran ibu ingin menyampaikan suatu berita mengenai tes pertukaran pelajar ke Jepang kemarin. Dari semua tesyang dijalani, alhamdulillah ternyata seorang siswa SMAN 1 Puri ini terpilih mendapat beasiswa untuk mengikuti pertukaran pelajar, ke Jepang. Dan dia adalah....(seluruh siswa tegang ) Bintang, selamat. Kamu berhak pergi ke Jepang.
Bintang         : ( diam sejenak) Benarkah. (terkejut)
Guru              : Tentu saja.
Bintang         : Terima kasih, bu. Saya sangat senang sekali.
Guru              : Sama-sama. Kau memang pantas mendapatkannya.
Rafa               : jadi, kau akan pergi ke Jepang.
Bintang         : tentu saja.
 Tasya           : Kau akan meninggalkan kami?
Bintang         : Maafkan aku sobat. Ini adalah impianku. (kemudian pergi meninggalkan Rafa & Tasya)
TTT

Suatu hari, seorang gadis duduk sendirian di sebuah taman yang penuh kenangan. Dilihat dari raut wajahnya terlihat sebuah perasaan bimbang dan dilema. Suatu hal telah membuat ia larut dalam kebingungan.
“Aku tak tahu harus menempuh jalan yang yang man. Antara kesetia kawanan atau impian”.
“ aku begitu menyayangi mereka, sahabat–sahabat yang selalu bersamaku. Aku juga tak ingin meninggalkan mereka. Namun, menuntut ilmu diluar negeri adalah impianku. Ya, Tuhan, apa yang harus ku lakukan?”
Tiba-tiba hujan datang, meskipun matahari begitu terik. Sepertinya, fenomena terindah akan terulang kembali. Sebuah pelangi mulai terlukis. Satu demi satu warnanya mulai nampak. Benar-benar menakjubkan.
“ Pelangi itu datang lagi. Mungkin ini adalah petunjuk Tuhan. Sahabat memanglah yang terbaik.”
TTT
Tak lama kemudian datang Rafa dan Tasya menghampiri bintang yang duduk sendirian.
Tasya             : bintang maafkan kami yang telah egois, yang tidak membiarkan kamu pergi meraih impianmu. ( mengelus bahu Bintang)
Rafa               : ya benar, maafkan kami.. Selalu memaksakan kehendak kami. Kamu memang berhak untuk pergi kesana.
Bintang         : Ya.. aku memaafkan kalian. Ini bukan salah kalian kok, tapi ini tanda bahwa kalian sangat sayang ma persahabatan kita. Terima kasih teman-teman tapi bagaimana dengan persahabatan kita.
Tasya             : kita masih bisa bertukan surat lewat e-mail.
Rafa               : yupp,,, benar itu...
Bintang         : baiklah teman-teman aku akan selalu memberi kabar ke kalian. Aku janji aku pasti kembali untuk kalian. Dan nanti kita akan bermain di taman bersama-sama lagi.(mengacungkan dua jarinya).
Rafa,Bintang, Tasya: sahabat untuk selamanya..(tertawa bersama)
Keadaan haru itu berakhir dengan canda di bawah bentangan pelangi...
TTT
Setahun telah berlalu. Waktu yang dijanjikan oleh Bintang tiba. Rafa dan Tasya sangat tidak sabar betemu dengan sahabatnya yang sangat dirindukan. Mereka menunggu Bintang di tempat kesenangan mereka.
Ditaman..
Tasya             : yee habis ini kita akan betemu dengan Bitang.
Rafa                           : betul, aku sudah tidak sabar nich ketemu dengannya.
Sejam, dua jam, tiga jam telah berlalu. Tasya dan Rafa mulai kesal dan jenuh. Semangat mereka untuk bertemu Bintang mulai luluh.
Tasya             : Rafa mungkin bintang telah mengingkari janjinya. Dia tidak dang gitu. Sebaiknya kita pulang.
Rafa               : tidak dia pasti datang aku yakin itu, ayo kita tunggu dia. Kita kan sahabat.
Tasya            : Terserah kamu ja, aku pengen pulang sekarang. (mulai melangkahkan kaki meninggalkan Rafa)
Rafa               : mungkinkah itu... oh Tuhan.
Tak lama kemudian, akhirnya waktu telah menggalahkan semangat Rafa. Rafa pun melangkahkan kaki untuk pulang tapi dia yakin bahewa Bintang akan pulang untuk mereka.
Waktu telah berlalu. Sebulan kemudian Bintang datang menemui kedua sahabatnya itu.
Di taman.,,,
Bintang         : hai teman-teman bagaimana keadaan kalian?
Rafa               : mengapa kau menginkari janjimu?
Tasya             : (diam saja seakan tak ingin tahu )
Bintang         : maafkan aku... bukan maksud aku untuk mengingkari janjiku.
Tasya             : sudah diamlah... (tiba-tiba angkat bicara dengan nada marah)
Bintang         : sekali lagi maafkan aku. Izinkanlah aku untuk menjelaskan..
Rafa               : tenanglah Tasya... kita kasih kesempatan untuk Bintang menjelaskan.
Tasya             : (diam dengan wajah kesal)
Bintang         : sebenarnya ketika aku dalam perjalanan pulang ke Bandara di Jepang aku mengalami musibah kecelakaan , taksi yang kunaiki telah ditabrak oleh truk. Kecelakaan telah membuatku harus dirawat di rumah sakit selama berminggu-minggu karerna aku mengalami patah tulang di bagian kaki kiriku.
Tasya             : lantas kenapa kau tidak kasih tahu kami
Bintang         : sekali lagi maafkan aku, aku tidak ingin membuat kalian panik.
Tasya             : tapi kita kan sahabatmu
Rafa               : sudahlah,,, yang penting kita kan bisaa berkumpul lagi seberti dulu, dan syukurlah sekarang kamu sudah baikkan.( memandang wajah Bintang).. oh ya maafkan aku telah beprasangka buruk terhadapmu.
Tasya             : maafkan aku juga ya...
Bintang         : iya... teman-teman( tersenyum manis) kalian memeng sahabat terbaikku..
Rafa,Bintang,Tasya: Sahabat sejati akan selalu bersama selamanya.. yeee...( teriak dan tersenyum satu sama lain
Keadaan haru itu pun berakhir dengan kebahagiannya yang tak akan terlupakan dalam perjalan persahabat mereka. Kemudian goresan pelangi itupun muncul mewarnai langit sore. Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan unggu. Warna-warna itu kan selalu terlukis dalam  bentangan langit biru.
Sahabat...
Adalah setitik cahaya terang.
Dalam pekatnya malam.
Sahabat...
Adalah sebutir mutiara.
Dalam birunya air laut.
Sahabat...
Adalah penghias kehidupan
Dalam pahitnya dunia.
Sahabat...
Adalah pancaran rembulan
Dalam balutan mendung malam
Sahabat...
Adalah bangunan kokoh
Berpondasikan cinta dan kepercayaan
Sahabat...
Adalah selamanya.....
“ – END – “


Judul Naskah           : Pelangi itu bersinar lagi
Sutradara                 : Ismia Khilmi Fauzia
Penulis naskah          : Kelompok 2
Nama Pemain                    :
1.      Bintang   : Ismia Khilmi F.        (19)
2.      Rafa         : Arif Rohman          (06)
3.      Tasya       : Chafidloh Mufidah  (06)
4.      Guru        : Kusnul Romimah    (22)
5.      Ibu          : Sri Robbiah P.         (29)
6.      Murid       : Izah Novitri            (20)
»»  READMORE...